berikut cerita perjalanan PERSIK maupun persikmania menjelang jadi juara.
Malam itu Kediri bagai kota mati. Sebagian warganya
berbondong-bondong ke stadion Manahan Solo. Sedangkan sisanya tak bisa
mengalihkan pandangan dari televisi di rumah masing-masing. Semua
perhatian tertuju pada partai final Liga Indonesia 2006 yang
mempertemukan tim dengan koleksi masing-masing satu gelar Liga
Indonesia, Persik Kediri vs PSIS Semarang.
Bisa dibilang perjalanan Persik menuju partai final sangatlah mulus. Di babak reguler, Persik menjadi runner-up wilayah dua dengan predikat tim paling produktif, mencetak 53 gol dan kemasukan 24 gol. Persik kembali menunjukkan tajinya dengan memuncaki Grup Barat pada babak 8 besar. Di semifinal, Persik mengandaskan perlawanan Persmin Minahasa, tim yang menjadi juara grup wilayah dua, dengan skor meyakinkan 3-1. Aku cukup beruntung bisa hadir langsung di Solo saat partai terkahir 8 besar melawan Arema dan juga semifinal.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. FIFA anthem berkumandang
mengiringi pemain dari kedua kesebelasan memasuki lapangan
pertandingan. Persik sangat serius menghadapi partai puncak ini. Pelatih
Daniel Roekito menurunkan tim terbaiknya dengan starting XI dengan formasi 3-5-2 sebagai berikut.
Dalam partai yang dipimpin oleh wasit Jimmy Napitupulu ini, kedua
tim bermain sama bagus. PSIS dan Persik menyajikan permainan saling
menyerang, dan ketat menjaga pertahanan. Ujung tombak Persik, Cristian
‘El Loco’ Gonzales, berkali-kali mengancam gawang I Komang Putra. PSIS
juga berkali-kali membuka peluang gol melalui duet Imral ‘Korea’ Usman
dan Emmanuel ‘Cachi’ de Porras. Hingga babak pertama usai, kedudukan
masih bertahan tanpa gol.
Di babak kedua, Persik sedikit mendominasi serangan. Striker asli
Kediri yang berjuluk si piton, Budi Sudarsono, berkali-kali mengacaukan
lini pertahanan tim Mahesa Jenar yang dijaga trio Fofee Kamara, Maman
Abdurrahman, dan Modestus Setyawan. Kelincahan mengocek bola dan
tendangannya yang tak terduga berkali-kali membuat deg-degan jantung I
Komang Putra. Sebaliknya, PSIS berbalik mengancam lewat serangan balik
yang masih bisa diamankan oleh penjaga gawang Wahyudi. Supporter kedua
kubu dipaksa beberapa kali untuk menahan napas.
Alhasil, hingga pertandingan berjalan 2×45 menit tak satu pun gol
tercipta. Permainan pun dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2×15
menit. Gemuruh dukungan dari kedua kubu supporter semakin menjadi-jadi.
Suaraku sudah mulai serak-serak kering. Tapi tak apalah demi mendukung
tim tercinta. Di babak pertama extra-time, PSIS berhasil
menggetarkan jala gawang Persik melalui sepakan kaki kiri M.Ridwan.
Sorak sorai supporter PSIS menggelegar. Jantungku seakan copot waktu
itu, lemas. Rasanya seperti cowok yang diputus ceweknya. Tapi ternyata
bola tidak masuk ke gawang Wahyudi, cuma menyamping tipis di sisi
sebelah kiri. Semangatku kembali bangkit berapi-api.
Keberuntungan bagi kami hadir di menit 107. Ebi Sukore menerima
umpan terobosan dari Danilo Fernando. Gelandang asal Nigeria ini
mengolah bola di sayap kanan, terus melaju mendekati gawang I Komang
Putra, dan memberi umpan silang cantik ke pojok kanan gawang. Cristian
Gonzales berhasil menanduk umpan matang Sukore dan menjebol gawang PSIS.
Goooll!!!!! Aku menjerit histeris, berjingkrak kegirangan. Persikmania
dengan kompak bersorak tanpa dikomando. Tribun seakan runtuh.
Di menit-menit akhir suasana mulai memanas. Nyanyian kemenangan
semakin kencang. Persikmania mulai turun ke area sentelban. Ada beberapa
oknum di luar stadion yang melakukan lempar jumroh ke tribun
Persikmania. Persikmania kecil yang duduk persis di atasku menjadi
korban. Darah segar mengucur dari kepalanya. Kami menolongnya turun ke
sentelban untuk mendapatkan pengobatan dari panpel. Begitu peluit akhir
dibunyikan, suasana seakan pecah. Ketegangan langsung pudar. Niatan
Persikmania untuk langsung menyerbu lapangan berhasil dihalau oleh
anjing-anjing besar yang di bawa polisi. Maklum orang lebih takut anjing
daripada polisi.

Baru saat prosesi penyerahan piala, Persikmania bisa menginjak
rumput stadion. Aku pun tak ketinggalan mendekat ke panggung penyerahan.
Hadiah yang diterima Persik malam itu adalah uang sebesar 1,5 milyar
rupiah, piala presiden, dan medali emas untuk para pemain dan official tim.
Persik juga berhak mewakili Indonesia di kancah Liga Champions Asia
2007. Cristian Gonzales mendapat penghargaan pribadi sebagai top scorer dengan
torehan 29 gol. Dia mendapatkan sepatu emas dan uang sebesar 50 juta
rupiah. Namun sayang gelar pemain terbaik lepas dari tangan Persik. Bek
PSIS, Maman Abdurrahman, berhasil menyabet gelar tersebut. Sebagian
besar Persikmania berpendapat bahwa Harianto mungkin lebih layak untuk
mendapatkannya.
Persikmania benar-benar berpesta malam itu. Dukungan mereka
sepanjang musim dibayar lunas dengan keberhasilan Persik menjadi juara.
Malam mulai larut, Persikmania dengan tertib kembali ke parkiran bus
melalui sebuah jembatan kecil dari kayu. Kami pun merasa bak seorang
artis yang dielu-elukan. Perjalanan pulang menuju Kediri diiringi dengan
lambaian tangan dan ucapan selamat dari warga Solo di sepanjang jalan
kota Batik itu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !