Dalam catatan kearsipan pengurus, Persatuan Sepakbola Indonesia Kediri
(Persik) berdiri pada tahun 1950, namun sayang tidak diketahui pasti
mengenai tanggal dan bulannya. Sebagai pendiri adalah Bupati Kediri, R
Muhammad Machin, karena saat itu Kediri masih berupa kabupaten, tidak
ada pemisahan wilayah seperti sekarang, kabupaten dan kota. Dibantu
Kusni dan Liem Giok Djie, pertama kali yang dilakukan Machin adalah
merancang bendera tim yang tersusun dari dua warna berbeda. Bagian atas
berwarna merah dan bawahnya hitam dengan tulisan PERSIK di tengah-tengah
dua warna berbeda itu.
200px Logo Persik Kediri Sejarah Persik Kediri
Sebagai tim perserikatan yang terdaftar di PSSI, Persik memiliki
beberapa klub anggota, diantaranya PSAD, POP, Dhoho, Radio, dan
Indonesia Muda (IM). Dalam tiga dekade (1960 hingga 1990-an) prestasi
Persik belumlah menonjol bahkan di tingkat nasional pun masih kalah
dibandingkan dengan “saudara mudanya” Persedikab Kabupaten Kediri yang
pada era 1990-an tercatat dua kali mengikuti kompetisi Ligina.
Namun sejak ditangani Walikota Drs. H. A. Maschut, Persik menunjukkan
perubahan. Mengawali debutnya di pentas nasional, Persik merekrut mantan
pelatih Tim Nasional PSSI Pra Piala Dunia (PPD) 1986, Sinyo Aliandoe,
untuk menangani klub kebanggaan warga Kota Kediri itu dalam Kompetisi
Divisi I periode 2000-2001. Di bawah tangan dingin Om Sinyo itulah, para
pemain Persik yang merupakan pemain-pemain dari Kediri dan sekitarnya
itu mulai diperkenalkan dengan sistem sepakbola modern. Namun hanya
dalam waktu satu tahun Om Sinyo berlabuh di Kota Kediri . Setelah itu
Persik pun resmi ditangani mantan pemain Timnas PSSI, Jaya Hartono, yang
sebelumnya hanyalah asisten Om Sinyo.
Sementara untuk semua
urusan baik di dalam maupun di luar stadion, HA Maschut meminta bantuan
putra menantunya, Iwan Budianto, yang beberapa tahun sebelumnya
menangani Arema Malang. Di tangan Iwan-Jaya itulah, tim berjuluk “Macan
Putih” itu unjuk gigi dengan berhasil menyabet gelar juara Kompetisi
Divisi I PSSI tahun 2002. Gelar tersebut sekalkigus mengantarkan tim
kebanggaan warga Kota Kediri itu “naik kelas” sebagai kontestan Divisi
Utama dalam Ligina untuk musim kompetisi IX/2003.
Sejak
kompetisi itu digelar pada bulan Januari 2003, Persik sudah mengklaim
dirinya sebagai tim dari daerah yang tak sekadar “Numpang Lewat”. Tekad
itu terpatri di dalam lubuk sanubari para pemain, sehingga dengan usaha
keras dan penuh dramatis, Persik mampu mencuri perhatian publik bola di
Tanah Air setelah berhasil memboyong Piala Presiden setelah mengukuhkan
dirinya sebagai juara Ligina IX/2003.
Persik mampu memupuskan
harapan tim-tim besar, seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, dan
Persita Tangerang yang saat itu sangat berambisi menjadi kampiun dalam
kompetisi paling bergengsi di Jagad Nusantara ini. Piala Presiden itu
kembali berlabuh di Kota Kediri setelah Persik berhasil menjuarai
kompetisi Divisi Utama Ligina XII/2006 setelah menyudahi perlawanan
sengit PSIS Semarang dengan skor 1-0 di partai final yang digelar di
Stadion Manahan Solo, September 2006 lalu.
Dipandang Sebelah Mata
Untuk mendapatkan prestasi seperti itu tentu tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Persik yang awalnya dipandang sebelah mata berubah
menjadi tim yang lapar akan kemenangan. Ini bisa dilihat di awal-awal
kompetisi LBM IX berjalan, Persik terseok-seok bahkan pernah menduduki
peringkat ke-13 klasemen sementara.
Perlahan tetapi pasti,
kemenangan demi kemenangan diraihnya hingga pada putaran pertama Persik
sempat menempati puncak klasemen sementara. Dan di putaran kedua
prestasi Pesik semakin stabil hingga kompetisi berakhir Persik sukses
menjadi juara.
Dengan diperkuat tiga legiun asing asal Cile,
yakni Fernando, Juan Carlos dan Alejandro Bernald, pada tahun 2002
Persik menorehkan tinta emas setelah berhasil menyabet Juara Divisi I
PSSI, dimana pertandingan empat besarnya diselenggarakan di Manado.
Prestasi itu memastikan Persik masuk Divisi Utama Ligina IX/2003. Namun
sebelum ikut kompetisi paling bergengsi di Tanah Air itu, Persik
mencatat prestasi gemilang setelah sukses merengkuh gelar juara Piala
Gubernur Jatim I/2004 di Surabaya . Gelar itu kembali direbutnya pada
Piala Gubernur III/2005 di Gelora Delta Sidoarjo setelah menyudahi
perlawanan tim debutan Persekabpas Kabupaten Pasuruan.
Tangan Dingin Di Balik Persik
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan Persik, tak bisa lepas dari
perjuangan dan kegigihan beberapa tokoh sepakbola Kota Kediri. Sejak
tahun 1999 Walikota Drs H.A. Maschut memegang jabatan sebagai Ketua
Umum. Ia dibantu J.V. Antonius Rahman yang saat itu menjabat Ketua DPRD
Kota Kediri sebagai Ketua Harian Persik dan tokoh sepakbola, Barnadi
sebagai Sekretaris Umum.
Namun tak bisa dilupakan pula
perjuangan Iwan Budianto sebagai manajer tim untuk mengangkat citra Kota
Kediri di bidang sepakbola bersama Eko Soebekti dan Suryadi,
masing-masing menempati posisi asisten manajer operasional dan asisten
manajer keuangan.
Untuk aristek di lapangan baik pengurus
maupun manajemen saat itu mengangkat mantan pemain Niac Mitra Surabaya,
Jaya Hartono dibantu mantan pemain Arema Malang, Mecky Tata bertindak
selaku asisten pelatih. Nama Iwan Budianto dan Jaya Hartono sudah cukup
lama dikenal oleh publik bola di tanah air. Sebelum bergabung dengan
Persik, Iwan Budianto pernah menjadi manajer tim Arema Malang pada
Ligina V 1998/1999. Saat itu Arema menempati peringkat ketiga grup
tengah II.
Sementara Jaya Hartono sudah tidak asing lagi.
Selain malang melintang sebagai pemain di beberapa klub Galatama mulai
dari Niac Mitra, Petrokimia Putra, BPD Jateng, Assyabaab Salim Group
Surabaya, PKT Bontang hingga karirnya di timnas PSSSI selama sepuluh
tahun mulai 1986 sampai 1996. Sebagai orang yang bertangan dingin Jaya
Hartono membawa Persik sebagai Juara Ligina IX/2003 bagi Persik. Namun
sayang Jaya Hartono tahun 2006 meninggalkan Persik Kediri dan digantikan
Daniel Rukito hingga tahun 2007. Meski hanya dua tahun Daniel juga
menorehkan sejarah bagi Persik Kediri yakni membawa Persik Juara Ligina
XII/2006.
Menghadapi Super Liga Persik mencoba pelatih asing
asal Muldova yang cukup dikenal yakni Arcan Iurie (mantan pelatih Persib
Bandung dan Persija) itupun hanya setengah kompetisi, selanjutnya
Persik dibawah kendali Aji Santoso hingga akhir ISL 2008 dan menjadikan
Persik dalam 5 besar (peringkat 4 ISL 2008). Memasuki ISL 2009/2010
Persik diarsiteki oleh Gusnul Yakin seiring pergantian Ketua Umum yang
baru yang menggantikan HA Maschut kepada dr Samsul Ashar Sp.PD yang juga
walikota terpilih dalam Pilkada 2008 lalu.
Untuk pertandingan
kandang Persik menggunakan Stadion Brawijaya Kediri yang berkapasitas
sekitar 20 ribu orang. Sementara untuk kegiatan manajerial Persik
dipusatkan di sekretariat Persik di Jl Diponegoro 7 Kediri . No telp dan
faksimili 0354-686690.
Persik Kediri
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !